Pandangan Alkitab Mengenai Persembahan Persepuluhan Dan Penggunaannya

Abstract

Studi literatur dengan Analisa deskriptif pada jurnal ini memiliki tujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana pandangan alkitab mengenai persembahan persepuluhan sejak zaman Abraham, Yakub, hukum Taurat, Yesus dan Para Rasul dalam perjanjian baru. Selain itu juga memberikan gambaran mengenai berbagai bentuk penggunaannya dan perubahannya. Jurnal dengan judul Pandangan alkitab mengenai persembahan persepuluhan dan penggunaanya  memberikan memberikan empat poin kesimpulan sebagai berikut: Pertama Persembahan persepuluhan yang sudah ada sejak zaman Abraham dan dilanjutkan dengan zaman Yakub sudah dilakukan sebelum adanya taurat bagi bangsa Israel dan semua inisiatif persembuhan persepuluhan adalah inisiatif manusia sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang sudah memberkati, menyertai dan melindungi umatnya. Kedua Persembahan persepuluhan pada zaman PL atau khususnya pada zaman taurat diatur dengan lengkap sebagai aturan untuk dilakukan umat Tuhan mulai dari persembahan persepuluhan dari hasil tanaman, ternak serta nilai konversi ke uang yang berlaku. Demikian juga dengan penggunaannya mulai dari untuk memenuhi kebutuhan hidup suku lewi, memenuhi kebutuhan hidup para imam, digunakan untuk kebutuhan perjalanan ibadah ke bait Allah, dan untuk memberkati orang asing, anak yatim, para janda, dan orang-orang miskin. Ketiga sekalipun tidak ada penjelasan yang lengkap mengenai persembahan persepuluhan dalam kitab PB namun persembahan persepuluhan tidak dihapuskan tetapi pemberiannya tidak boleh mengabaikan hal lainya terutama belaskasihan. Motivasi pemberian persembahan persepuluhan adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati sehingga mempersembahkan seluruh hidup kepada Tuhan menjadi dasar pemberian persembahan persepuluhan dan Tuhan sangat menghargai hal ini sebagai ketaatan. Keempat Persembahan persepuluhan mengalami perubahan yang awalnya diberikan kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur, kemudian untuk memenuhi kebutuhan suku lewi dan para imam, serta menyediakan makanan di Rumah Tuhan untuk orang miskin, orang asing, janda dan yatim piatu lalu berubah fungsinya menjadi konsep pemberian (giving) yang nilainya jauh lebih besar dari sepuluh persen untuk memenuhi kehidupan pelayanan dirumah Tuhan, kehidupan para rasul dan para pengajar, pembiayaan perjalanan pelayanan para rasul, operasional pelayanan dan rumah ibadah, membantu orang miskin, para janda dan anak yatim piatu.