Dari Rahim ke Sungai: Tafsir Teologis dan Gender atas Keutamaan Ibu dalam Keluaran 2:1–10

Abstract

This study highlights the role of motherhood in Exodus 2:1–10 through a theological and gender-based exegetical approach. The story of Moses' rescue is often understood as divine intervention. Still, this study demonstrates that a network of women—Yochebed, Miriam, and Pharaoh’s daughter—strategically played a crucial role in resisting Pharaoh’s repressive system. Their decisions were expressions of maternal love and acts of defiance against injustice. By adopting feminist hermeneutics and narrative analysis, this study deconstructs the patriarchal bias in biblical interpretation that often diminishes the role of women in salvation history. Moreover, this research compares biblical motherhood with maternal practices in various cultures, affirming that motherhood is not merely a domestic function but also a social and spiritual strategy for shaping future generations. In this context, motherhood is about nurturing and prophetic leadership that contributes to social transformation. Thus, this study asserts that the role of mothers in biblical narratives should be reconstructed as a form of active spirituality with a broad impact on society.

Abstrak

Penelitian ini menyoroti peran keibuan dalam Keluaran 2:1–10 melalui pendekatan tafsir teologis dan gender. Kisah penyelamatan Musa sering kali dipahami sebagai intervensi ilahi, tetapi studi ini menunjukkan bahwa jaringan perempuan—Yokhebed, Miryam, dan putri Firaun—berperan strategis dalam menghadapi sistem represif Firaun. Keputusan-keputusan mereka bukan hanya ekspresi kasih, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan. Dengan mengadopsi hermeneutika feminis dan analisis naratif, penelitian ini membongkar bias patriarkal dalam tafsir biblika yang sering mengecilkan peran perempuan dalam sejarah keselamatan. Selain itu, penelitian ini membandingkan pola keibuan dalam Alkitab dengan praktik maternal di berbagai budaya, menegaskan bahwa keibuan bukan sekadar fungsi domestik, tetapi juga strategi sosial dan spiritual dalam membentuk generasi penerus. Keibuan dalam konteks ini bukan hanya tentang pengasuhan, tetapi juga kepemimpinan profetik yang berperan dalam transformasi sosial. Dengan demikian, studi ini menegaskan bahwa peran ibu dalam narasi Alkitab harus direkonstruksi sebagai bentuk spiritualitas aktif yang memiliki dampak luas dalam masyarakat.